Sabtu, 06 Desember 2008

dua sajak rahmat heldy hs

IBU, AKU AKAN MELANGKAH JAUH
: untuk saudaraku terpidana mati

I
di layar kaca
wajahnya melegenda
menanti sebilah sajak dihujamkan di dadanya
merobek aurta darah
ia berpasrah dan menengadah
meminta hujan untuk menguburkan tubuhnya
segera
II
ia mengirimkan wasiat;
Ibu hentikan tangismu
pandang aku dari jauh
sejauh langit dan bumi yang abadi
mandikan aku seperti hujan di lautan
lalu hanyutkan aku seperti air mata
yang dihapus kesunyian do’amu

ijinkan aku mengemas rindu
menemui-Nya
dan membuat cinta yang baru

III
sekali lagi, Jika sajak telah merasuk
tinggalkan aku di tanah lapang
pohon perdu, dan rumput liar,
adalah ribuan jeruji
lebih abadi dari Nusa Kambangan
dan Nirbaya tempat sajak merasuk
di tubuhku
adalah saksi aku tak pernah membenci
bahwa ajal dekat dan jauh
tapi telah kumaknai di dinding ini
dan sebentar lagi aku akan memuja-Mu
bercinta dengan segala kepedihan waktu

Ibu, berdirilah di situ
pandanglah aku yang akan melangkah jauh

DIUJI WAKTU
; untuk orang-orang yang membuat luka


jika malam yang kau kirimkan
di tubuhku
adalah hujan yang ditumpahkan awan
malam yang manakah
dan hujan yang mana pula
yang dapat aku arungi dari jejakmu
yang gamang ditikungan

di jembatan yang kita lalui
ingin kuaspal jurang matamu
sebab, di matamu sebelah kanan
pohon-pohon kering dan udara panas
dan sebelah kiri matamu
angsa berenangan di danau yang sepi

aku tak melihat gerakmu, di sana
yang ritmis ditelan gerimis
hanya bebintang gemintang yang diam
yang kujadikan ribuan tanda
lalu kueja
sampai menanam pohon alifku, di danau itu
menyadap getahnya

di hutan-hutan tandus
tempat kita diuji waktu dan menanti sumber air
kaulah sesuatu yang tak kumaksud
lalu hadir dan beku di tubuhku.


Banten lama, 1429 H/ 2008


Tidak ada komentar: